Aqidah Pengobatan



RAMBU-RAMBU AKIDAH SHOHIHAH DI DALAM PENGOBATAN
Oleh : Ust. Muhajir, Lc
(Disampaikan dalam Kuliah Aqidah Pengobatan di Integrated Islamic Medicine)

Pokok-pokok pembahasan:
1. Pengertian akidah shahihah menurut Al qur'an dan sunnah
2. perbedaan antara akidah shahihah dan bathilah
3. poin-poin penting tentang akidah shahihah yang harus diperhatikan oleh seorang muslim di dalam pengobatan
4. bentuk-bentuk pengobatan yang dibolehkan dan dilarang di dalam islam
5. sebab-sebab penyelewengan di dalam akidah shahihah dan cara-cara penanggulangannya

Pengertian akidah shahihah:
akidah secara bahasa adalah: mengikat sesuatu
sedangkan menurut syar'i adalah: beriman kepada Allah dan malaikat-malaikatnya dan kitab-kitabnya dan rasul-rasulnya dan hari akhirat,dan beriman dengan takdir yang telah ditentukan oleh Alla baik yang bagus maupun yang jelek, ini juga dinamakan rukun iman
akidah yang shahiha adalah asas penegak agama ini,oleh sebab itu tugas utama para nabi dan rasul adalah mendakwahkan manusia supaya kembali kepada akidah shahihah,seperti mana yang dilakukan oleh rasulullah selama 13 tahun beliau hidup di kota mekkah setelah diutus menjadi seorang nabi dan rasul.
akidah shahihah juga adalah akidah tauqifiyah. yaitu sesuatu yang tidak ditetapkan kecuali hanya berlandaskan dalil syar'i dan tidak ada ruang di dalamnya untuk para ulama' maupun selain mereka untuk berijtihad,sedangkan dalil akidah shahihah hanya terbatas dengan apa yang ada di dalam al qur'an dan sunnah, maka oleh sebab itu para ulama' salaf hanya berpegangan dengan al qur'an dan sunnah di dalam manhaj mereka.
apa yang telah ditetapkan al qur'an dan sunnah mereka imani dan membenarkannya serta mengamalkannya, sedangkan apa yang tidak ditetapkan oleh al qur'an dan sunnah mereka meniadakannya dan menolaknya serta tidak mengamalkannya. maka kita tidak akan pernah mendapati mereka berbeda pendapat di dalam akidah mereka karena ALLAH telah memerintahkan untuk bersatu dan tidak terpecah belah di dalam akidah shahihah sepertimana yang disebutkan didalam firman Allah surat ali imron ayat 145 yang artinya adalah:"dan hendaklah kalian berpegang teguh dengan tali ALLAH seluruhnya dan janganlah bercerai berai"
adapun dalil-dalil yang memerintahkan kita untuk berpegang dengan akidah shahihah adalah sepertimana di dalam surat an nahl ayat 36 yang artinya:"dan sungguh telah kami utus disetiap umat seorang rasul agar supaya mereka beribadah kepada Allah dan menjauhi thagut" dan di dalam ayat yang lain "dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu"surat adzriyat ayat 56.



Perbedaan antara akidah shahihah dan bathilah: 
jika sebelumnya kita sudah mempelajari pengertian akidah shahihah maka kita akan mendapati ada perbedaan yang besar antara akidah shahihah dan bathilah.
adapun perbadaan antara keduanya adalah:
1. masdar akidah shahihah adalah terbatas hanya al qur'an dan sunnah sedangkan masdar akidah bathilah adalah selain keduanya seperti akal,hawa nafsu dan lain-lain
2. akidah shahihah adalah yang mentauhidkan Allah semata dan tidak menyekutukanNya sedangkan akidah bathilah tidak mentauhidkan Allah dan memberi ruang untuk menyekutukan Allah
3. pelaku akidah shahihah adalah seorang yang muwahhid sedangjkan pelaku akidah bathilah adalah seorang musyrik
4. pelaku akidah shahihah akan mendapatkan ampunan dan kasih sayang dari Allah sedangkan akidah bathilah pelakunya tidak akan mendapatkan ampunan dan kasih sayangNya
5. tempat kembali pelaku akidah shahihah adalah di surga sedangkan tempat kembali pelaku akidah bathilah adalah di neraka.

 Korelasi antara akidah shahihah dan pengobatan di dalam islam
Beberapa waktu yang lalu, Nusantara dikejutkan dengan kemunculan seorang ‘dukun cilik Ponari’ dari Jombang, Jawa Timur. Bocah kelas tiga SD itu mengaku bahwa dirinya mampu mengobati berbagai macam penyakit dengan batu ajaibnya. Konon, batu tersebut ia peroleh seusai tersambar petir di halaman rumahnya. Sejak itulah, masyarakat datang berbondong-bondong demi mendapatkan air yang telah dicelup oleh batu si Dukun Cilik. Air celupan itu nantinya akan diminum atau diusapkan pada tubuh orang yang sakit.
Semakin hari bermacam penyakit bermunculan. Penyakit degeneratif yang dulunya jarang, bahkan tidak pernah ditemui di masa lampau, kini semakin banyak diderita oleh masyarakat. Berbagai macam cara ditempuh agar orang yang sakit dapat sembuh kembali seperti sedia kala. Mulai dari terapi medis hingga pengobatan alternatif yang tidak sesuai dengan syari’at dan tidak masuk akal seperti terapi batu Ponari di atas.
Faktor ekonomi, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan pemerintah dituding sebagai akar permasalahan mengapa banyak orang datang ke praktek pengobatan alternatif. Nenek moyang bangsa Indonesia dahulu mempercayai bahwa alam seperti batu, pohon, laut, dan sebagainya memiliki ruh yang dapat mempengaruhi nasib manusia. Kepercayaan tersebut tidak serta merta hilang dari hati masyarakat masa sekarang, meski mereka tidak lagi menyatakan diri sebagai penyembah pohon atau batu. Sebagaimana dalam kasus di atas, sebagian masyarakat masih mempercayai bahwa batu Ponari memiliki kekuatan yang mampu menyembuhkan berbagai penyakit meski mereka menyatakan bahwa batu tersebut hanya digunakan sebagai perantara untuk mencapai kesembuhan. Adapun kesembuhan yang mereka harapkan datangnya dari Allah semata.
Berkaca dari kasus diatas, maka agama islam sangat-sangat memerhatikan umatnya agar mereka tidak terjebak di dalam melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan dan perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur kesyirikan kepada Allah, oleh sebab itu islam membolehkan bahkan menganjurkan umatnya untuk melakukan pengobatan tetapi harus memerhatikan unsur akidah shahihah, dalam artian jangan sampai pengobatan yang dilakukan melanggar akidah seorang muslim.
Poin-poin penting yang harus diperhatikan oleh seorang muslim didalam pengobatan:
1. Seorang yang sakit diperbolehkan untuk berobat agar sembuh dari penyakitnya. Setiap muslim seharusnya meyakini bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang menurunkan obatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا اَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti menurunkan obatnya.” (HR.Al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam hadits yang lain beliau bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاء ٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
“Setiap penyakit ada obatnya, jika suatu obat itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit, maka penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Muslim dari Jabir radhiyallahu ‘anhu)
2. Bahwa obat dan dokter hanya sebagai sarana penyembuhan, sedangkan yang benar-benar menyembuhkan adalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman, mengisahkan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam,
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.” (Qs. Asy Syu’araa': 80)
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلاَ رَآدَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Yunus: 107)
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (Qs. Al An’aam: 17)
3. Ikhtiar (usaha) dalam mencari obat tersebut tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik.
Yang haram ini seperti berobat dengan menggunakan obat yang terlarang atau barang-barang yang haram karena Allah tidak menjadikan penyembuhan dari barang yang haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الدَّاءَ وَ الدَّوَاءَ، فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
“Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang haram.” (HR. Ad-Daulabi dalam Al Kuna, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Ahaadits Ash Shahiihah no. 1633)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَكُمْ فِيْ حَرَامٍ
“Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari penyakit) kalian pada hal-hal yang haram.” (hadits riwayat Abu Ya’la VI/104 no..6930, Majma’uz Zawaa-id V/86 dan Ibnu Hibban (no. 1397-Mawaarid), lihat Shahiih Mawaaridizh Zham-aan no. 1172, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, hasan lighairihi)
Dan tidak boleh juga berobat dengan hal-hal yang syirik dan haram, seperti; pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, “orang pintar”, menggunakan jin, pengobatan dengan jarak jauh, atau sebagainya yang tidak sesuai dengan syariat, sehingga dapat mengakibatkan jatuh dalam syirik dan dosa besar yang paling besar. Orang yang mendatangi dukun atau orang pintar tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.
Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لمَ ْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً.
“Barangsiapa yang datang kepada dukun/orang pintar/tukang ramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 malam.” (HR. Muslim no.2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari seorang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)
أَوْكَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ. مَنْ أَتَى عَرَّافًا
“Barangsiapa yang mendatangi orang pintar/tukang ramal atau dukun lalu ia membenarkan apa yang diucapkanny, maka sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad II/408, 429,476, al Hakim I/8 Shahiih al-Jaami’ish SShaghiir no.5939 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, shahih).
Apabila seseorang terkena sihir, guna-guna, santet, kesurupan jin dan lainnya atau penyakit menahun yang tak kunjung sembuh, maka tidak boleh sekali-kali bagi seorang muslim atau muslimah mendatangi dukun, tukang sihir atau paranormal, karena datang kepada mereka adalah dosa besar. Dan tidak boleh pula bertanya kepada mereka tentang penyakit maupun hal-hal yang ghaib karena tidak ada yang tahu perkara yang ghaib melainkan hanya Allah saja, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak tahu perkara yang ghaib.
Allah Ta’ala berfirman,
قُل لاَّ أَقُولُ لَكُمْ عِندِي خَزَآئِنُ اللّهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ
“Katakanlah, ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?” (Qs. Al An’aam: 50).


Allah Ta’ala berfirman,
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعاً وَلاَ ضَرّاً إِلاَّ مَا شَاءَ اللّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah, ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. (Qs.Al A’raaf: 188)
4. setelah berusaha maka jangan lupa untuk berdoa dan bertawakkal, doa adalah senjata umat islam dan sebagai bentuk pengharapan kita kepada Allah ta'ala karena sejatinya manusia yang lemah ini sungguh-sungguh membutuhkan Allah dalam segala aspek dan keadaan, Allah telah memerintahkan kita untuk tidak lupa banyak berdoa dan meminta kepada Allah sebagaimana yang disebutkan di dalam firmannya yang artinya adalah:"dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang aku maka sesungguhnya aku dekat aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepadaku"Qs al baqoroh:186. dan Rasulullah juga menganjurkan kepada kita untuk banyak berdoa kepada Allah bahkan beliau mengajarkan kepada kita beberapa doa yang harus kita baca disaat kita dalam pengobatan atau disaat kita sakit.
dan jangan lupa juga hendaklah kita bertawakkal kepada Allah ta'aala dalam segala hal,tentu tawakkal yang benar adalah tawakkal yang disertai dengan usaha dan berdoa,begitu juga dalam pengobatan kita juga diperinahkan untuk bertawakkal kepada Allah dan tentu dibarengi dengan usaha dan doa,adapun tawakkal tanpa usaha dan doa maka itu tawakkal yang salah.

Dalam pengambilan sebab atau cara untuk mendapatkan kesembuhan haruslah memenuhi tiga syarat berikut agar tidak terjatuh dalam kesyirikan:
        Sebab yang diambil harus terbukti secara syar’i maupun qodari.
Secara syar’i maksudnya terdapat dalil dalam Al Qur’an dan hadits yang menyebutkan bahwa sebab tersebut dapat digunakan sebagai sarana penyembuhan. Misalnya : membacakan ayat-ayat Al Qur’an sebagai terapi penyembuhan orang yang kerasukan jin, madu sebagai sarana pengobatan sakit demam, dan lain sebagainya.
Adapun secara qodari adalah sudah menjadi sunnatullah, atau pengalaman, atau terbukti melalui penelitian ilmiah bahwa sebab tersebut dapat digunakan sebagai terapi penyembuhan. Contohnya adalah penggunaan obat-obatan kimiawi untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Pengambilan sebab secara qodari ini dapat dibagi menjadi dua jenis hukum: halal dan haram. Yang pertama adalah sebab yang halal misalnya parasetamol dan kompres air hangat untuk meredakan demam. Adapun sebab yang haram misalnya penggunaan enzim pankreas babi dan cangkok organ babi untuk pengobatan pada manusia.
Seseorang yang menetapkan sesuatu sebagai sebab, sementara Allah Ta’ala tidak menetapkannya sebagai sebab, baik syar’i maupun qodari, berarti dia telah menjadikan dirinya sekutu bagi Allah dalam hukum terhadap sesuatu (Syaikh Muhamad bin Shalih Al Utsaimin, Syarah Kitab Tauhid Jilid I).
        Hati tetap bersandar pada Allah Ta’ala, bukan pada sebab.
Maksudnya, ketika mengambil sebab, hatinya senantiasa bertawakkal dan memohon pertolongan pada Allah Ta’ala demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak condong kepada sebab tersebut sampai-sampai merasa tenang kepada sebab, bukan kepada Allah. Apabila seseorang merasa pasti akan berhasil tatkala telah memperhitungkan segala sesuatunya, maka ada padanya indikasi bahwa hatinya telah bersandar kepada sebab, bukan kepada Allah Ta’ala. Hal tersebut juga dapat diindikasikan ada pada diri orang yang sangat kecewa berat atas sebuah kegagalan padahal orang itu merasa telah mengambil atau mengerjakan sebab dengan sebaik-baiknya.
        Harus tetap memiliki keyakinan bahwa berpengaruh atau tidaknya sebuah sebab hanya Allah Ta’ala yang mentakdirkannya, betapapun keampuhan sebab tersebut.
Artinya, jika Allah Ta’ala menghendaki untuk berpengaruh, maka akan dapat memberikan pengaruh sejalan dengan sunnatullah. Akan tetapi, jika Allah Ta’ala menghendakinya untuk tidak berpengaruh, maka tidak akan memberikan pengaruh apapun. Contohnya : api besar sunnatullahnya akan mampu membakar siapa saja. Namun tatkala Allah Ta’ala menghendaki lain, maka api tersebut menjadi dingin sebagaimana dalam kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam.

Bentuk-bentuk pengobatan yang dibolehkan dan yang dilarang di dalam islam:
ada banyak cara pengobatan yang dilakukan oleh manusia ketika mereka diberikan ujian oleh Allah berupa penyakit,ada diantara mereka yang berobat dengan mendatangi dokter dan rumah sakit dan meminum obat-obat yang diberikan oleh seorang dokter,ada juga diantara mereka yang mendatangi para dukun maupun yang semisalnya untuk pengobatan mereka,tapi ada juga yang melakukan pengobatan mereka dengan cara kembali kepada sunah yang telah diajarkan oleh Rasulullah atau yang dikenal dengan "at tibun nabawi"seperti bekam,ruqyah dan sebagainya.
di dalam agama ini,islam sudah memberikan rambu-rambu dan batasan-batasan yang harus diperhatikan di dalam pengobatan,ada pengobatan yang dibolehkan bahkan dianjurkan tetapi ada juga pengobatan yang dilarang oleh islam untuk diamalkan.
adapun pengobatan yang dibolehkan bahkan dianjurkan oleh islam untuk dilakukan adalah pengobatan yang tidak ada unsur kesyirikan kepada Allah dan ada unsur sesuatu yang diharamkan oleh Allah.bahkan islam sangat-sangat menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan pengobatan sesuai yang dilakukan oleh  Rasulullah dan para generasi salaf yang kita kenal dengan "pengobatan ala Nabi"karena disamping kita dapat pahala atas usaha kita maka kita juga akan mendapatkan pahala mengikuti Rasulullah, berbeda dengan pengobatan yang lain.
sedangkan pengobatan yang dilarang oleh islam adlah pengobatan yang ada unsur kesyirikan kepada Allah atau melakukan pengobatan dengan sesuatu yang diharamkan oleh Allah.

Sebab-sebab terjadinya penyelewengan di dalam akidah shahihah dan cara-cara penanggulangannya:

Terjadinya penyelewengan dari akidah shahihah adalah dikarenakan sebab-sebab berikut:
1. bodoh dan tidak memahami akidah shahihah
2. ta'ashub kepada ajaran nenek moyang dan berpegang teguh dengannya
3. taklid buta, dengan cara menerima perkataan orang tanpa melihat kebenarannya
4. sikap yang berlebih-lebihan kepada para  wali dan orang-orang shalih
5. lalai dari mentadaburi ayat-ayat Allah baik itu ayat quraniyyah maupum ayat kauniyyah
6.orang tua dan sekolah tidak mengajarkan akidah shahihah
7. jarangnya alat-alat media di dalam menyebarkan akidah shahihah

Sedangkan cara-cara penanggulangannya adalah sebagai berikut:
1. kembali kepada Al qur'an dan sunnah
2. menghidupkan kembali pelajaran akidah shahihah dan penyebarannya
3. kembali kepada kitab para ulama' salaf di dalam memahamkan akidah shahihah
4. mencetak para da'i-da'i yang siap memahamkan masyarakat tentang akidah shahihah

Wallaahu A'lam bis showab



No comments